Buat Herman O.Lantang, dunia petualangan bukanlah sesuatu yang baru.Ia sudah mengenalnya sejak masa kanak-kanak lewat cerita petualangan Tom Sawyer, Old Shutterhand, Karl May, sampai buku kepanduan Lord Baden Powell.
Herman mengaku cerita-cerita itulah yang menggugah dan sampai kini, tak terasa sudah 31 thn ia menggeluti hobbynya itu.Berikut wawancara penulis, Hery Luthfi (mantan ketua Mapala UI) dengan Herman O.Lantang di kediamannya di daerah Lenteng Agung, Pasar Minggu.
(Kawah Gunung Gede, 1977)
T: Bagaimana sampai anda terjun kedunia Pencinta Alam?
Kebetulan ketika saya masih kecil sangat mengandrungi cerita-cerita petualangan Balai Pustaka, seperti Tom Sawyer, Old Shutterhand, Karl May.
T: Selain itu?
Menurut saya kegiatan kepencinta alaman identik dengan kehidupan di Alam bebas. Di alam kita bisa menjadi apa adanya.Tidak perlu berbasa basi yang terlalu dipaksakan, tidak terikat dengan etiket pergaulan yang kaku dan tidak gengsi-gengsian. Pokoknya segala sesuatu yang tidak dipaksakanlah.
T: Selain itu apakah faktor lingkungan seperti rumah atau kelompok ikut berperan?
Ketika saya masuk Fakultas Sastra UI pada 1960-an, saya berteman dengan Parsudi Suparlan, Ayat Rohaedy, Soe Hok-gie dan banyak lagi.
Dari situlah mulanya saya menggemari kegiatan yang bersifat kecinta alaman.Walaupun kegiatan ini sangat kontradiktif dengan kehidupan keseharian saya dirumah.
Satu pekan saya disana hanya berbekal beras dan perlengkapan yang sangat minim serta hanya mengandalkan makanan yang terdapat didaerah tsb seperti mengumpulkan kerang yang kemudian kami masak dengan kayu bakar(“drift wood”)
Pada waktu itu kebetulan kami bertemu dengan kelompok Maulana, Ratnaesih (Sekarang dosen di FIB UI) dan dari situlah terbentuk Mapala Prajnaparamita (khusus Fakultas Sastra UI) pada 1964.
Pada waktu itu kegiatan kami hanya terbatas kepencinta alaman saja, belum mengarah ke pendakian gunung yang merupakan sesuatu yang sangat berbahaya.Pendakian gunung baru dimulai beberapa saat kemudian. Kemudian perkumpulan itu berkembang menjadi MAPALA UI tepatnya pada 1971, dan ketika itu saya terpilih menjadi Ketua Mapala yang sudah se-Universitas Indonesia.
Walaupun sebenarnya hal itu rintisan dari penggabungan beberapa Organisasi Pencinta Alam tingkat Fakultas seperti Impala Fakultas Psikologi UI, Track and Climbing (FKUI),CATACK- Climbing and Tracking (FE-UI) dan Yeksastufa (FT-UI) Perkumpulan itu ada juga setelah terjadi musibah hilangnya mahasiswa FKUI di Gn Pangrango. Dari beberapa rekan yang terlibat SAR pada waku itu, mereka berharap agar kekompakan yang sudah terbina dapat disatukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar